Langsung ke konten utama

Otak Dan Masalah

Sahabatku, di dunia ini tidak ada satu orangpun yang tidak memiliki masalah atau persoalan hidup, setiap orang tentunya memiliki masalah yang berbeda dengan manusia lainnya. Tetapi yang membedakannya bukanlah masalah atau persoalannya sendiri melainkan seberapa mampu kita dapat menyelesaikan masalah yang kita dihadapi.
Kita tahu bahwa Tuhan menciptakan otak manusia dikepala yang posisinya berada diatas kemaluan atau titik nafsu. Karena kita sebagai manusia ditakdirkan untuk berjalan tegak tidak merangkak seperti binatang. Itu adalah pertanda bahwa Tuhan mengingatkan kita agar ketika kita mendapatkan masalah untuk dapat diselesaikan dengan otak kita bukan dengan nafsu (kemaluan) kita. Berbeda dengan binatang, walaupun binatang diberikan otak oleh Tuhan dikepalanya tetapi posisinya sama dengan kemaluannya, maka mereka para binatang ketika mereka mendapatkan masalah, mereka lebih mengedepankan nafsunya dibanding dengan otak yang ada di kepalanya. Karena posisi otak binatang sejajar dengan kemaluannya.
Jadi barangsiapa yang dengan mudah menyelesaikan masalah dengan nafsunya maka ia bisa dikatagorikan sebagai binatang.
Nah, Kita sebagai manusia yang diciftakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang sempurna, tentunya kita tidaklah ingin disamakan dengan binatang. Kita punya otak, kita juga diberi akal oleh Tuhan, sudah sepantasnya otak dan akal yang kita miliki, untuk kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan salah satunya yang paling utama adalah untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang kita hadapi.
Sahabatku yang baik hati, jika memang hari ini anda memiliki masalah, ingatlah! janganlah sekali-kali anda menyelesaikannya dengan nafsu, tenangkan diri anda dan ambillah nafas dengan perlahan carilah titik awal atau pencetus utama masalah yang timbul. Jika anda mampu untuk menemukannya maka saya yakin anda akan dengan mudah menemukan solusi dari masalah yang anda hadapi. Ingatlah tidak ada masalah di dunia ini yang tidak mungkin diselesaikan dengan baik, semua pasti ada jalan keluarnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH KERAJAAN PEDIR (PIDIE)

Wilayah Kerajaan S ejarawan Aceh, M. Junus Jamil di dalam bukunya yang berjudul “Silsilah Tawarick Radja-Radja Kerajaan Aceh”, berisi tentang sejarah Negeri Pidie / Sjahir Poli. Kerajaan ini digambarkan sebagai daerah dataran rendah yang luas dengan tanah yang subur, sehingga kehidupan penduduknya makmur. Batas-batas kerajaan ini meliputi, sebelah timur dengan Kerajaan Samudra/Pasai, sebelah barat dengan Kerajaan Aceh Darussalam, sebelah selatan dengan pegunungan, serta dengan selat Malaka di sebelah utara. Sementara dalam kisah pelayaran bangsa Portugal, Mereka menyebut Pidie sebagai Pedir, Sedangkan dalam kisah pelayaran bangsa Tiongkok disebut sebagai Poli. Asumsinya, orang Tiongkok tidak dapat menyebut kata “Pidie” seperti yang kita ucapkan. Dalam catatan pelayat Tiongkok itu disebutkan, bahwa Kerajaan Pedir luasnya sekitar seratus kali dua ratus mil, atau sekitar 50 hari perjalanan dari timur ke barat dan 20 hari perjalanan dari utara ke selatan. Menurut M. Junus Jamil, Suku...

Ranup Lampuan

Ranup Lampuan adalah kesenian tari yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam. Tari ini merupakan visualisasi dari salah satu filosofi hidup warga Aceh, yakni menjunjung keramah-tamahan dalam menyambut tamu. Gerakan demi gerakan dalam Ranup Lampuan menggambarkan prosesi memetik, membungkus, dan menghidangkan sirih kepada tamu yang dihormati, sebagaimana kebiasaan menghidangkan sirih kepada tamu yang berlaku dalam adat masyarakat Aceh. Menilik karakteristiknya, atas dasar tersebut, tari ini digolongkan ke dalam jenis tari adat/upacara. Tarian Ranup Lampuan (ATjeh) Sejarah Ranup Lampuan Ranup (atau ranub) dalam Bahasa Aceh memang berarti sirih, sementara lampuan terdiri dari dua kata, yakni (lam) yang artinya dalam, dan (puan) yang berarti tempat sirih khas Aceh. Tarian ini diciptakan oleh Yusrizal (Banda Aceh) kurang lebih pada 1962 (Burhan, 1986; 141). Tak lama setelah populer di Banda Aceh, tari ini berkembang di berbagai daerah lainnya di Nangroe Aceh Darussalam. Selain Ra...

Teuku Cut Ali "Pejuang Dari Aceh Selatan"

T euku Cut Ali dilahirkan di Desa Kuta Baro, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, tahun 1795. Ayahnya, Teuku Cut Hajat, ibunya Nyak Puetro. Teuku Cut Ali, salah satu keturunan Raja Trumon. Kakeknya, Teuku Nyak Dhien, Raja keenam yang pernah memimpi Kerajaan Trumon.Trumon, merupakan salah satu daerah termasyur dan makmur di Wilayah Aceh Selatan. Itu disebabkan, karena Kerajaan Trumon, merupakan sembilan dari kerajaan Aceh yang memiliki Cap Sikureng (Cap Sembilan). Trumon, mempunyai mata uang sendiri dan tidak saja diakui di Aceh, tapi juga dunia. Sejak kanak-kanak, Teuku Cut Ali, sudah memiliki bakat seorang pejuang. Itu, terlihat dari sikapnya yang tegas dan setia kepada teman. Teuku Raja Angkasah, merupakan teman akrab Teuku Cut Ali, mereka sama-sama berjuang melawan Belanda di medan perang. Saat usia 18 tahun, Teuku Cut Ali, sudah ikut berperang melawan Belanda. Beranjak usia 20 tahun, Teuku Cut Ali, dipercayakan menjadi Panglima Sagoe dan sejumlah pejuang Aceh...